Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua dunia setelah Malaysia, namun proyeksi ke depan memperkirakan bahwa pada tahun 2009 Indonesia akan menempati posisi pertama. Bengkulu adalah pusat perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Tercatat 142.827,79 Ha tanah yang dijadikan sebagai perkebunana untuk klapa sawit dimana perkebunan kelapa sawit yang dikembangkan hingga Tahun 2007 seluas 70.741,59 Ha (49,53%), yang terdiri dari perkebunan rakyat seluas 20.169 Ha (14,12%) dan PBS seluas 50.572,59 Ha (35,41%).
Kenyataannya yang terjadi dibengkulu, banyak perusahaan yang bergerak di perkebunan kelapa sawit ini tidak memperhatikan kelestarian ekosistem Sumber Daya Alam yang ada. Dibukanya lahan secara besar-besaran oleh pihak perusahaan berdampak pada semakin luasnya lahan kritis yang menjadikan penyebab terjadi nya banjir. Pengolahan limbah yang tidak ramah lingkungan pun semakin berdampak pada udara dan daerah aliran sungai.Dimana ini menjadi sumber mata air untuk keberlangsungan Makhluk hidup yang ada disekitar nya.
PT Alno merupakan anak perusahaan Anglo Eastern (grup perusahaan asal Inggris) yang mendapatkan ijin dari Gubernur Bengkulu Nomor: 338 tahun 2002, Tanggal 31 Juli 2002. Dalam kenyataannya. Secara geografis PT Alno terletak antara 101053’ BT sampai 101054’ BT dan antara 03011’ LS dengan 03012 LS pada areal datar dengan ketinggian 30 meter dari permukaan laut. Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit “Kebun Sumindo” ini merupakan salah satu perusahan yang memiliki dampak pada adanya perubahan kualitas udara (bau dan debu), Timbulnya kebisingan, Penurunan kualitas air, Meningkatnya erosi, Hilangnya keanekaragaman flora. Perusahaan yang memiliki areal tanah seluas 9.314 hektar ini sebenarnya direncanakan memiliki luas lahan 5 hektar yang terletak dalam lokasi kebun kelapa sawit “Sumindo”. Dimana ini akan dialokasikan untuk tempat pembuangan limbah dengan kapasitas 105.840 ton/tahun atau 352,8 ton/hari atau setara 352 m3/hari akan tetapi dalam realisasinya rencana ini tinggallah sebuah torehan tinta saja.Dimana dalam kenyataannya hal ini belum bisa terrealisasi dengan baik.
Selain PT Alno masih ada banyak PT yang juga memiliki dampak yang lebih parah dari itu.Ada banyak sekali permasalahan yang terjadi di PLG Seblat, dari mulai ancaman perkebunan kelapa sawit yang terus menyebabkan adanya persoalan perambahan oleh masyarakat dan illegal logging. Secara Geografis kawasan PLG saat ini posisinya berada ditengah-tengah perkebunan kelapa sawit skala besar. Ada beberapa perkebunan kelapa sawit yang mengelilingi PLG Seblat, diantaranya PT Agricinal, PT Alno dan PT Mitra Puding Mas. Luas masing-masing perkebunan ini ada yang mencapai 15.000 ha.
Berdasarkan survey BKSDA Bengkulu tahun 2002, di PLG Seblat diperkirakan masih terdapat sekitar 90 ekor gajah liar, 5 ekor harimau sumatera, tapir dan jenis satwa liar lainnya. Sayang nya satwa langka ini pun kian lama kian punah. Dalam dua bulan terakhir pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu telah menemukan dua ekor gajah liar mati, dugaan sementara akibat makan racun dan terserang atau penyakit. Kepala Pusat Latihan Gajah (PLG) Seblat, Aswin Bangun di Bengkulu, Kamis mengatakan gajah mati pertama ditemukan Rabu di areal perkebunan kelapa sawit milik PT Agricinal di Desa Tunggang Kabupaten MukoMuko. Kemudian penemuan gajah kedua pada Minggu di areal perkebunan milik PT Puteri Hijau Estate, sebuah perusahaan perkebunan kepala sawit di bawah PT Alno Group. Inilah yang semakin membuat keadaan Sumbaer Daya Alam dan satwa langka yang ada pun semakin hilang dan tidak bisa dipertahankan keberadaannya.
Bagi Pemerintah Persoalan ini bukanlah persoalan yang Urgen. Bagaimana Tidak walaupun keadaanya seperti yang telah kami jelaskan diatas Bumi Bengkulu tetap menarik dan menggiurkan bagi para investor. Terbukti, sampai saat ini sebanyak 34 perusahaan masih eksis dan bertahan menanamkan investasinya di Provinsi Bengkulu. Rinciannya, 12 perusahaan menggunakan fasilitas PMA (Penanaman Modal Asing) dengan realisasi investasi US$ 826.126.894.565 dan 22 perusahaan dengan fasilitas PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) dengan realisasi investasi Rp 66.526.642.398,649. Sebanyak 34 perusahaan yang aktif melakukan investasi di Bengkulu tersebut sebagian bergerak di sektor bidang usahan perkebunan, pertambangan, pabrik pengolahan (Rum Ruibber), perdagangan dan penyiaran telekomunikasi.
Dikatakan Arifin, beberapa waktu kedepan sebagian perusahaan aktif tersebut akan menambah investasinya. Sebab, dari perencanaan investasi awal, belum sepenuhnya sudah terealisasi. PT Perkebunan Nusantara VII (Persero), misalnya dari toral rencana investasi senilai Rp 24.086.626.311.000 yang sudah direalisasikan baru Rp 24.086.626.000. Dari total luas lahan 57.7109 ha dengan lokasi di Desa Padang Pelawi, Kecamatan Talo Kabupaten Seluma, yang sudah digarap atau direalisasikan baru 518 ha. Begitu juga dengan PT Agromuko yang mrupakan anak dari Grup SIPEF Belgia yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit, karet dan pengolahan terpadu. Dari total rencana investasi US$ 30.525.000 yang baru direealisasikan US$ 12.873.0000.Sedangkan perusahaan-perusahaan lain yang masih eksis menanamkan modalnya di Provinsi Bengkulu antara lain PT Mitra Puding Mas dengan bidang usaha perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahan berlokasi di Kabupaten Bengkulu Utara. Total investasi perusahaan ini mencapai Rp107.251.042.502. Lalu PT Alno Agro Utama juga bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit dengan total investasi Rp388.190.056.894. Disamping itu juga ada PT Pamor Ganda yang bergerak dibidang usaha industri pengeringan biji kakao dan Crum Rubber dengan total investasi Rp30.400.000.000.
Yayasan ulayat melihat persoalan ini sarat dengan kepentingan orang-orang Investor dan pemerintah saja. Masih banyak Sumber daya alam yang bisa dikelola selain kelapa sawit. Untuk itu Pemerintah sebagipengambil kebijakan harus mengkasji ini secara lebih mendalam sehingga persoalan pencemaran dan rusaknya Sumber Daya Hayati pun bisa terselasikan dengan baik*Ulayat.
0 komentar:
Post a Comment